Sabtu, 29 Agustus 2009

Himah Penciptaan Manusia (1)

Karena Allah bermaksud menciptakan manusia di dunia ini dan memberikan beban ujian dan pilihan pada mereka, maka Allah SWT menjadikan mereka berketurunan satu generasi ke generasi berikutnya. Allah menjadikan jenis laki-laki dan perembpuan dan Ia masukkan dalam hati mereka perasaan cinta dan dorongan (nafsu) sehingga mereka tidak mampu menahan diri dan tidak memiliki kemampuan untuk menjauhi syahwat. Syahwat yang merupakan bawaan mereka itu menggiring mereka untuk melakukan hubungan dengan lawan jenis. Allah juga menjadikan pikiran dapat menggerakkan organ tubuh yang khusus agar mampu meletakkan air mani di tempat yang kokoh (rahim) dimana di situ diciptakan janin. Maka berkumpullah di tempat itu air mani dari seluruh badan. Kemudian dari tulang sulbi dan tulang dada keluar air yang memancar dengan deras dengan gerakan yang khusus. Ia pun berpindah dari bagian dalam pria ke bagian dalam wanita. Walaupun mani berpindah tempat, ia tetap seperti semua. Ia merupakan air yang lemah. Sesuatu yang paling rendahpun yang mencampurinya dapat merusaknya dan merubah campurannya. Kerusakan campuran ini bias dikarenakan hubungan yang serampangan atau yang tidak disertai mengingat dan memohon ridho Allah ketika memualinya, sehingga kegiatannya disertai atau diikuti oleh makhluk Allah lainnya yang tidak nampak oleh manusia itu sendiri serta bersifat jahat atau kerusakan mani itu tetap menjadi sebagai ciptaan yang bagus namun memiliki akhlak yang rusak sehingga dapat menimbulkan kerusakan dilingkungannya ketika kelak terlahir sebagai anak manusia. Semua bagian mani itu sama dan tidak ada tingkatan-tingkatannya. Dari air itu Allah menciptakan jenis laki-laki dan perempuan setelah mengubahnya dari mani menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan kemudian menjadi tulang-belulang.

Kemudian Allah membungkusnya dengan daging, mengikatnya dengan syaraf dan tulang, dan menyusunnya dengan urat. Allah juga menciptakan anggota-anggota badan dan menyusunnya. Ia lalu menjadikan kepala dan membukakan (memunculkan) pendengaran, penglihatan, hidung, mulut dan semua rongga.

Allah menjadikan mata untuk melihat. Diantara keajaiban mata adalah rahasia dibalik kemampuannya melihat berbagai hal. Itu rahasia yang tidak mudah untuk dijelaskan. Allah menyusun mata dalam tujuh tingkat. Setiap tingkat memiliki sifat dan bentuk yang khusus. Seandainya salah satu tingkat darinya hilang maka manusia sulit untuk melihat.

Perhatikanlah bentuk kelopak mata yang mengelilinginya dan gerakannya yang diciptakan dapat bergerak dengan cepat untuk melindungi mata dari sesuatu yang dapat membahayakannya seperti debu dan benda-benda lain. Jadi, kelopak mata itu seperti pintu yang dapat dibukan ketika dibutuhkan dan dapat ditutup pada saat tidak dibutuhkan.karena kelopak mata ditujukan untuk keindahan mata dan wajah, maka rambut (bulu) yang ada padanya diciptakan dalam ukuran tertentu dimana ia tidak memanjang terus yang akan membahayakan mata dan juga tidak kikurangi sampai pada ukuran yang dapat membahayakannya. Allah menjadikan kedua bagian pinggirnya sedikit lebih rendah dari bagian tengahnya agar sesuatu yang jatuh ke mata dapat pindah ke salah satu sisinya. Ia juga menjadikan dua buah alis sebagai penghias wajah dan tirai pelindung bagi mata. Rambut alis menyerupai bulu mata dalam hal tidak terus bertambah panjang yang dapat membuat jelek penampilan. Sedangkan rambut kepala dan janggut, Allah jadikan dapat bertambah panjang dan dapat dipendekkan, sehingga dapat dilakukan sesuatu terhadapnya agar menjadi indah dan tidak jelek.

Perhatikanlah mulut dan lidah serta hikmah dijadikannya. Allah menjadikan kedua bibir sebagai penutup bagi mulut, seolah-oleh ia bagaikan pintu yang dapat ditutup ketika kebutuhan untuk membukanya sudah berakhir. Ia pelindung bagi gusi dan gigi serta bermanfaat untuk keindahan. Jika tidak ada keduanya, makhluk menjadi tampak jelek tentunya. Kedua bibir itu juga membantu untuk berbicara. Sedangkan lisan berguna untuk bertutur dan mengungkapkan apa yang ada didalam hati, untuk mengunyah makanan dan meletakkannya dibawah gigi sehingga mudah untuk dikunyah dan ditelan.

Allah menjadikan gigi terdiri dari beberapa buah yang terpisah, tidak merupakan satu tulang. Sehingga, bila sebagiannya rusak maka yang lainnya dapat tetap bermanfaat. Pada gigi itu Allah gabungkan antara manfaat dan keindahan. Ia juga menjadikannya keras tidak seperti tulang badan, karena ia selalu dibutuhkan. Gigi geraham dijadikan besar namun tidak berlebihan karena ia diperlukan untuk menghancurkan makanan. Karena, kunyahan itu merupakan pencernaan yang pertama. Gigi seri dan geraham dijadikan sebagai alat untuk memotong-motong makanan dan sebagai penghias bagi mulut. Allah menguatkan akar-akarnya, menentukan kekuatannya untuk menghancurkan makanan, dan memutihkan warnanya dengan warna merah disekelilingnya. Gigi-gigi itu sama tingginya dan serasi susunannya, seolah-olah ia mutiara yang tersusun rapi.

Kemudian perhatikanlah pula bahwa pada mulut diciptakan air liur yang tidak muncul kecuali pada saat dibutuhkan. Jika ia muncul dan mengalir sebelum dibutuhkan, hal itu akan membuat manusia tampak jelek karena mengalir terus air liurnya. Ia dijadikan agar makanan yang dikunyah dapat menjadi basah sehingga mudah untuk dimasukkan ke kerongkongan tanpa kesulitan dan tanpa ada rasa sakit. Jika tidak ada makanan, air liur yang dijadikan untuk membasahkan itupun hilang dan hanya tinggal sekedar untuk membasahi anak lidah dan kerongkongan untuk keperluan berbicara dan agar tidak kering. Karena, bila kering, itu akan dapat membinasakan manusia.

Kemudian perhatikanlah rahmat Allah dan kasih saying-Nya. Ia menjadikan rasa lezat bagi orang yang makan. Allah menjadikan cita rasa pada lidah dan pada bagian-bagian mulut yang lain, agar dengan cita rasanya itu ia dapat mengetahui makanan yang cocok dan sesuai baginya. Sehingga, ia mendapatkan kenikmatan pada makanan dan minuman jika ada kebutuhan untuk itu. Dengan itu ia juga dapat menjauhi sesuatu yang tidak sesuai dengannya dan dapat mengetahui batas panas dan dingin sesuatu yang masuk ke mulut.

Kemudian Allah juga menciptakan pendengaran dan membuatnya sesekali basah untuk menjaga pendengaran dari bahaya ulat dan mematikan serangga yang masuk ke telinga. Ia juga menjaga telinga dengan daun telinga agar dapat menangkap suara dan mengirimkannya kelubang telinga. Selain itu Ia juga menjadikan tambahan rasa padanya agar dapat merasakan adanya serangga dan binatang lain yang memasukinya yang dapat membahayakannya.

Kemudian perhatikanlah bagaimana ia dapat menangkap bau-bauan melalui udara yang masuk. Itu suatu rahasia yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah saja.

Minggu, 02 Agustus 2009

Renungan Penciptaan Alam

Allah telah menciptakan alam ini dan telah membuat warnanya yang paling sesuai bagi mata untuk mandanginya yang juga dapat menguatkan pandangan. Seandainya langit ini berupa sinar atau cahaya, niscaya ia akan menyakitkan orang yang memandangnya. Memandang seuatu yang berwarna hijau atau biru akan cocok bagi mata. Ketika memandang langit dengan keluasannya, jiwa manusia akan mendapatkan kenikmatan dan kesengan, apalagi jika muncul bintang-bintangnya dan tampak cahaya bulannya.
Para raja membuat atap-atap majelisnya dengan berbagai ukiran dan hiasan yang membuat orang yang memandangnya mendapat kesenangan dan kegembiraan. Namun, jika orang yang melihat itu terus-menerus memandagnya. Lain halnya dengan memandang langit dan hiasannya. Para raja ataupun orang-orang yang lebih rendah dari mereka, dapat merasakan kegembiraan dengan memandang langit dan alam terbuka yang luas bila sebelumnya mereka gelisah karena berbagai sebab.
Langit juga merupakan penopang bagi bintang-bintangnya yang menempel dan juga bagi bulan. Dengan gerakannya, bintang-bintang berjalan sehingga penduduk berbagai daerah dapat memperoleh petunjuk dengannya. Di langit juga terdapat jalur-jalur yang bekas-bekasnya masih terdapat di barat dan di timur.
Dikatakan juga bahwa ia adalah bintang-bintang kecil yang sangat dekat dan berkumpul di mana orang yang tersesat dan bingung akan mendapatkan petunjuk tentang arah mana saja sehingga ia dapat menuju ke arah itu. Dikatakan juga bahwa itulah yang dimaksud dalam firmanNya, "Demi langit yang memiliki hubuk (jalan-jalan)." (QS, adzDzariyat:7).
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kata hubuk dalam ayat tersebut artinya perhiasan, jadi ia merupakan petunjuk-petunjuk yang jelas, yang menunjukkan penciptanya. Penciptaannya yang teliti dan kokoh menunjukkan keluasan ilmu pembuatnya, dan semua keteraturannya menunjukkan kehendak dari penciptanya. Mahasuci Allah Yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Berkehendak.
Konon dalam memandang langit terdapat sepuluh manfaat: mengurangi kesedihan, mengurangi perasaan waswas, menghilangkan perasaan takut, mengingat Allah, dapat memancarkan pengagungan terhadap Allah di dalam hati, menghilangkan pikiran buruk, memberikan manfaat bagi orang yang hilang semangat, menghibur orang yang sedang rindu, menyenangkan orang-orang yang mencintai, dan kiblat bagi orang yang berdoa.